Rabu, 30 Desember 2009

mataram kediri singasari majapahit

Mataram hindu
Sumber –sumber sejarah mengenai sejarah Mataram Hindu yaitu:
A. Prasasti Canggal , ditemukan di Desa Canggal daerah Kedu Desa Sleman Yogyakarta. Prasasti ini menceritakan Pendirian lingga sebagai rasa terima kasih kepada Dewa Siwa oleh Raja Sanjaya
B. Prasasti Kalasan, ditemukan di sebelah timur Kota Yogyakarta. Prasasti ini berangka tahun 778
C. Prasasti Mantyasih (Prasasti Kedu/ Prasasti Balitung) Isi Prasasti mengenai daftar raja-raja Mataram

Sistem pemerintahan
Raja Pertama yang menganut Hindu adalah : Raja Sanjaya, ia menggantikan Raja Sanna

Berdasarkan Prasasti Balitung, Raja-Raja yang memerintah
di Mataram sebelum Raja Balitung adalah:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakaharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodya Mahasambu

Dinasti sanjaya dan sailendra
• Akhir abad ke-8 Dinasti Sanjaya terdesak oleh Dinasti Sailendra.
Dampak terdesaknya Dinasti adalah semakin meluasnya agama Budha Mahayana yang dianut Dinasti Sailendra, sehingga Dinasti Sanjaya pindah ke Jawa Timur

• Pada Abad ke-9, ketika akhir pemerintahan Samaratungga kekuasaan Sailendra mulai mundur sehingga dilaksanakan perkawinan politik antara Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya) dan Pramowardhani (Raja Putreri keluarga Sailendra) hal ini dimaksudkan untuk menyelamatkan keturunan Sailendra

• Adapun Balaputradewa, adik Pramowardhani dari Dinasti Sailendra berusaha merebut kekuasaan Rakai Pikatan tahun 856, namun gagal dan melarikan diri ke Suwarnadwipa.

Setelah Rakai Pikatan, maka digantikan oleh Raja Balitung, raja Daksa, Tulodong dan raja Wawa ( Raja terakhir Dinasti Sanjaya)

Akhir kerajaan Mataram:
Setelah Raja Wawa wafat diganti oleh Mpu Sindok yang kemudian memerintahkan perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur dan membentuk Dinasti Ishana. Nama dinasti ini diambil dari nama depan Mpu Sindok Yaitu Sri Ishana Wikramedharmatunggadewa

Alasan pemindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur adalah:

a. Menjauhi ancaman dari kerajaan Sriwijaya
b. Adanya bencana alam berupa meletusnya gunung berapi dan wabah penyakit
c. Dengan pindahnya pusat pemerintahan ke Jawa Timur maka akan mempermudah hubungan perdagangan

Kerajaan mataram di jatim
Setelah Mpu Sindok memindahkan Kerajaan Mataram ke Jawa Timur, kerajaan Mataram di Jawa Timur semakin berkembang pada masa Teguh Darmawangsa.

Pada masa Pemerintahan Darmawangsa dilakukan penyerangan terhadap Kerajaan Sriwijaya, namun serangan itu dibalas Kerajaan Sriwijaya dengan memanfaatkan raja-raja bawahan Mataram untuk memberontak terhadap Rajanya. Maka dilaksanakan serbuan tiba-tiba ke Mataram, yang mengakibatkan terbunuhnya Darmawangsa.

Pengganti Darmawangsa adalah Airlangga, Ia membangun kerajaan Medang di Jawa Timur. Akhir Pemerintahannya Airlangga membagi kerajaan menjadi dua yaitu Kerajaan Jenggala (Kerajaan Singasari) dan Kerajaan Panjalu (Kerajaan Kediri)

Kerajaan kediri (1042-1222)
Raja Kediri pertama adalah Raja Bamecwara ia kemudian digantikan oleh Jayabaya, Raja ini terkenal dengan ramalannnya.

Hasil sastra pada masa Jayabaya adalah :
a. Kitab Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
b. Kitab Gatotkaca Karangan Mpu Panuluh

Selanjudnya raja yang memerintah Kediri adalah Sarvecvara, Aryyaevara, Kracaradipagandra, kemudian Kamecvara. Raja terakhir adalah Raja Kertajaya yang dikalahkan oleh Ken Arok

Kerajaan singasari
Sumber sejarah mengenai kerajaan Singasari yaitu :

a. Kitab Pararaton isinya menceritakan riwayat Ken arok dari lahir sampai menjadi raja
b. Kitab Negarakertagama : ditulis dengan Mpu Prapanca isinya menganai pandangan filsafat, keindahan keraton Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk, dan terdapat juga riwayat Ken Arok

Perkembangan singasari
Pemerintahan
Raja Pertama Singasari adalah Ken Arok . Ia menduduki kekukasaan dengan membunuh Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes. Namun setelah berkuasa Ken Arok dibunuh Anusapati, anak tiri Tunggul Ametung. Setelah naik tahta Anusupati dibunuh Tohjaya, anak Ken Arok. Dalam pemerintahannya Tohjaya mati terbunuh akibat pemberontakan. Selanjudnya kekeuasaan diserahkan pada Ronggowuni lalu Kertanegara. Pada masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singasari mencapai puncak Kejayaannya yang ditandai dengan EKSPEDISI PAMALAYU dan menghadapi serangan dari Kubilai Khan dari Cina
Akhir Kerajaan Singasari
Sewaktu mengahadapin Kubilai Khan dan Penyatuan Nusantara dalam Ekspedisi Pamalayu, tahun 1292 Singasari diserang oleh Jayakatwang, Raja Kediri

Kerajaan majapahit
Raja-raja yang memerintah Kerajaan Majapahit adalah :
1. Raden Wijaya, pendiri kerajaan majapahit. Ia memanfaatkan tentara mongol dengan mengajak bekerjasama untuk menghancurkan kekuasaan Jayakatwang.
2. Jayanegara adalah pengganti Raden Wijaya
3. Tribuwananttunggadewi, pada masa pemerintahannnya, ia mengangkat Gajah Mada sebagi Mahapatih Hammangkubhumi dan saat pelantiknanya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Isi sumpah Palapa bahwa ia tidak akan bersenang-senang sebelum kesatuan nusantara dapat tercapai ( Malaka, Sumatera, Jawa, Madura, kalimantan, Sulawesi, sunda kecil (Nusa Tenggara), maluku dan Irian (guruh)
4. Hayam Wuruk, Pada masa ini Majapahit mencapai puncak Kejayaannya
5. Ratu Kusumawardhani (1389-1492), Dewi Suhita (1429-1447), Bhre Tumapel (1447-1451), Bhre Kahuripan (1451-1453), Purwawiseta (1457-1467)), Pandan walas ( 1467-1478)

Kemunduran
1. Faktor Politik
Setelah Gajah Mada meninggal, daerah yang luas tidak dapat dipertahankan selain itu adanya perluasaan kekuasaan Cina ke Asia Tenggara
2. Faktor ekonomi
Bandar-bandar dagang langsung berhubungan dengan luar negeri dan ingin melepaskan diri dari Majapahit, sehingga pemasukan Majapahit berkurang
3. Penyebaran Islam ke Asia Tenggara

Senin, 28 Desember 2009

kutai-tarumanegara

Kerajaan tarumanegara
Terletak di lembah hulu sungai Cisadane, sebelah selatan kota Bogor, Jawa Barat
Pemerintahan : dipimpin raja Purnawarman
Mata pencarian penduduk utama pertanian, disamping itu ada perdagangan dan pelayaran
Kehidupan keagamaan : menganut agama Hindu
Sumber dan Bukti sejarah :
a. Prasasti (Prasasti Ciaruteun, Prasasti kebon Kopi, Prasasti Jambu atau Prasasti koleangkaka, Prasasti Pasir Awi dan Prasasti Muara Cianten, Prasasti Lebak, dan Prasasti Tugu
b. Berita Cina tahun 414, yang ditulis Fa-Hien, saat singgah di Ye-p’o-ti atau Jawadwipa.

Kerajaan kutai
 Kerajaan tertua di Indonesia
 Terletak di Tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
 Bukti Sejarah : Prasasti berbentuk Yupa,yang terdapat di Muara Kanam menceritakan penguasa di Kutai yaitu Kudungga, Aswawarman dan Mulawarman
 Kehidupan keagamaan : Upacara Vaprakesywara (pemujaan kepada syiwa)
 Kehidupan masyarakat : Pertanian dan perdagangan

kontak awal

1 Berita dari India
- Kitab Ramayana, menceritakan kisah penculikan Dewi Shinta oleh Rahwana dan dicari Hanoman (kera) sampai ke Jawadwipa
- Nalanda, dikelauarkan raja Dewapaladewa. Meceritakan desa yang bebas dari pajak agar memberi nafkah kepada Biksu di Swarnadwipa
- dari kerajaan Cola Mandala, menceritakan hubungan antara Cola dan Sriwijaya
2 Berita dari Cina
Catatan Fa-Hien, menceritakan kisah perjalanannya dari India dan singgah di Tolomo (Tarumanegara) yang masyarakatnya banyak beragama Hindu

Bentuk-bentuk Hubungan antara Indonesia, India dan Cina
1 Hubungan yang dilakukan oleh Saudagar dan Utusan kerajaan
2. Hubungan yang dilakukan oleh para Peziarah seperti berita dari Fa Hien dan catatan I-Tsing

Proses masuknya kebudayaan
Hindu di Indonesia
-Teori Ksatria, pendapat Majumdar
-Teori Waisya, pendapat Prof. Dr. N. J Krom
-Teori Brahmana, pendapat J.C. van Leur
-Teori Sudra, pendapat van Faber
-Teori Arus balik, pendapat George Codes dan Dr,FDK Bosch

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha
di Indonesia
1. Bidang Bangunan, adanya candi-candi di Indonesai
2. Bidang Kesenian
(Cerita wayang yang mengambil kisah Mahabrata dan Ramayana, tarian, Seni Patung)
3. Bidang Sastra (seperti Gatutkaca karya Empu panuluh, Bharatayudha karya Empu Sedah, kitab sutasoma karya Empu Tantular)
4. Bidang Bahasa, penggunaan bahasa Sansekerta dan huruf PalIawa
5. Bidang Filsafat, seperti kisah Mahabrata dan Ramayana mengandung makna kejahatan dikalahkan oleh kebaikan, ajaran Budha mengajarkan Hukum Karma
6. Bidang Pemerintahan, berdirinya kerajaan Hindu-Budha
7. Bidang Ekonomi, berkaitan dengan perdagangan

kolonialisme asia tenggara

Sekitar abad ke-5 SM, penduduk dari daerah Dongson, yang sekarang termasuk dalam wilayah Vietnam, telah mampu menguasai keterampilan dasar pengolahan logam. Hasil kebudayaan logam mereka adalah yang paling tua yang telah ditemukan oleh para arkeolog di Asia Tenggara. Sedangkan masyarakat terawal yang diketahui di Thailand - yaitu sekitar tahun 3,000 SM - berlokasi di daerah Ban Chiang.

Pada sekitar tahun 2,500 SM, bangsa Melayu mulai menyebar di wilayah semenanjung dan memperkenalkan teknologi primitif pengerjaan logam yang telah mereka kuasai di wilayah ini. Sekitar tahun 1,500 SM, bangsa Mon mulai memasuki wilayah Burma, sedangkan bangsa Tai datang lebih belakangan dari daerah selatan Tiongkok ke daratan Asia Tenggara untuk kemudian menempatinya pada sekitar milenium pertama Masehi.

Kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kerajaan-kerajaan agraris dan kerajaan-kerajaan maritim.

Kegiatan utama kerajaan-kerajaan agraris adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di semenanjung Asia Tenggara. Contoh kerajaan agraris adalah Kerajaan Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya, dan Kerajaan Khmer yang berada di Tonle Sap. Kerajaan-kerajaan maritim kegiatan utamanya adalah perdagangan melalui laut. Kerajaan Malaka dan Kerajaan Sriwijaya adalah contoh dari kerajaan maritim.

Tidak banyak yang diketahui mengenai kepercayaan dan praktek keagamaan Asia Tenggara, sebelum kedatangan dan pengaruh agama dari para pedagang India pada abad ke-2 Masehi dan seterusnya. Sebelum abad ke-13, agama-agama Buddha dan Hindu adalah kepercayaan utama di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam.

Penjajahan Eropa

Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad keenam belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.

Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang membuka akses jalur perdagangan yang sangat menguntungkan ke Asia Tenggara tersebut, dengan cara menaklukkan Kesultanan Malaka pada tahun 1151. Belanda dan Spanyol mengikutinya dan segera saja mengatasi Portugis sebagai kekuatan-kekuatan European utama di wilayah Asia Tenggara. Belanda mengambil-alih Malaka dari Portugis di tahun 1641, sedangkan Spanyol mulai mengkolonisasi Filipina (sesuai nama raja Phillip II dari Spanyol) sejak tahun 1560-an. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang bertindak atas nama Belanda, mendirikan kota Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat perdagangan dan ekspansi ke daerah-daerah lainnya di pulau Jawa, serta wilayah sekitarnya.

Inggris, yang diwakili oleh British East India Company, secara relatif datang ke wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikanSingapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak tahun 1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan kolonisasi di Asia Tenggara.

Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru, memperlihatkan terjadinya penaklukan atas hampir seluruh wilayah di Asia Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan kolonial Eropa. VOC dan East India Company masing-masing dibubarkan oleh pemerintah Belanda dan pemerintah Inggris, yang kemudian mengambil-alih secara langsung administrasi wilayah jajahan mereka. Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman penjajahan asing, meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari kekuatan-kekuatan Barat yang ada.

Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya dan wilayah-wilayah Borneo, Perancis menguasai Indocina, Belanda memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil Filipina dari Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur.

Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan Cina, sehingga terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang terbatas}, turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.

sriwijaya

Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau Sumatra yang banyak berpengaruh di Nusantara.[1] Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan".[2] Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 selama 6 bulan.[3][4] Prasasti pertama mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, Sumatra, pada tahun 683.[
Tidak banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.[11] Menurut Prasasti Kedukan Bukit, kekaisaran Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Çri Yacanaca (Dapunta Hyang Sri Jayanasa). Ia memimpin 20.000 tentara (terutama tentara darat dan beberapa ratus kapal) dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu.

Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi di Palembang
- Prasasti Talang Tuo tanggal 23 Maret 684 Masehi di Palembang
- Prasasti Telaga Batu abad ke-7 Masehi di Palembang
- Prasasti Palas Pasemah abad ke-7 Masehi di Lampung Selatan
- Prasasti Karang Brahi abad ke-7 Masehi di Jambi
- Prasasti Kota Kapur tanggal 28 Februari 686 Masehi di P. Bangka

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melewati perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9.

Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra melalui Aceh yang telah tersebar melalui hubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada tahun 1414, pangeran terakhir Sriwijaya yang berhijrah ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kesultanan Melaka, Parameswara, memeluk agama Islam.

Agama Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan Nusantara dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1017, 1025, dan 1068, Sriwijaya telah diserbu raja Chola dari kerajaan Cholamandala (India Selatan) yang mengakibatkan hancurnya jalur perdagangan. Pada serangan kedua tahun 1025, raja Sri Sanggramawidjaja Tungadewa ditawan. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah kehilangan monopoli atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok-India. Akibatnya kemegahan Sriwijaya menurun. Pada tahun 1088, Kerajaan Malayu yang dahulunya menjadi taklukan Sriwijaya, menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya.

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kamper, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.

Sabtu, 26 Desember 2009

ayuthaya

Kerajaan Ayutthaya (bahasa Thai: อาณาจักรอยุธยา) merupakan kerajaan bangsa Thai yang berdiri pada kurun waktu 1350 sampai 1767 M. Nama Ayyuthaya diambil dari Ayodhya, nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana. Pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara, pada tahun 1376.

Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa. Penguasa Ayyuthaya bahkan mengizinkan pedagang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Perancis untuk mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayyuthaya. Raja Narai (1656-1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja Louis XIV dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.

Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Menghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.

Dalam keadaan negara yang tidak menentu, provinsi-provinsi melepaskan diri dan menjadi negara-negara independen di bawah pimpinan penguasa militer, biksu pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaan. Bangsa Thai dapat terselamatkan dari penaklukan Burma karena terjadinya serangan Tiongkok terhadap Burma serta adanya perlawanan dari seorang pemimpin militer bangsa Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya mengembalikan kesatuan negara.

Peninggalan yang cukup menarik dari kota tua Ayutthaya hanyalah puing-puing reruntuhan istana kerajaan. Raja Taksin lalu mendirikan ibukota baru di Thonburi, yang terletak di seberang sungai Chao Phraya berhadapan dengan ibukota yang sekarang, Bangkok. Peninggalan kota bersejarah Ayutthaya dan kota-kota bersejarah sekitarnya yang terdapat pada lingkungan Taman Bersejarah Ayutthaya telah dimasukkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia UNESCO. Kota Ayutthaya yang baru kemudian didirikan di dekat lokasi kota lama, dan sekarang merupakan ibukota dari Provinsi Ayutthaya.